Minggu, 13 Juli 2008

Character Building

Membangun karakter atau yang lebih populer dengan istilah Character Building, merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah ini biasanya banyak dijual di kursus-kursus kepribadian, bahkan diobral di seminar-seminar yang bertajuk pengembangan diri, entah itu dalam bentuk implementatif maupun hanya sekedar teori. Oleh karenanya wajar apabila kemudian timbul pertanyaan dari pembaca yang budiman : “Membangun karakter? Apa, sih? Cape, deh!”

Sebagaimana yang telah kita pahami bersama, pengertian karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, seperti tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Sedangkan pengertian dari membangun adalah proses pengolahan dan pembentukan suatu unsur atau materi yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru dan berbeda. Dari kedua pengertian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa membangun karakter adalah suatu proses pembentukan watak atau budi pekerti. Tentunya dalam pengertian yang positif, tujuan dari pembentukan watak atau budi pekerti di sini adalah menjadi lebih baik dan terpuji dalam kapasitasnya sebagai pribadi yang mempunyai akal budi dan jiwa.

Pertanyaan berikutnya : So what gitu, lho? Apa hubungannya dengan kita-kita yang ada di Pengadilan Pajak? Adakah dia bisa membuat kita lebih cantik atau ganteng, kelihatan lebih seksi dan awet muda? Jawabannya adalah ya! Why not? Apabila hal tersebut kita kaitkan dengan inner beauty atau inner handsome, tentu pribadi yang baik dan jiwa yang sehat akan memancarkan aura yang positif yang bisa membuat kita kelihatan lebih cantik atau tampan, seksi, dan awet muda.

Dalam perspektif yang lebih luas, hal tersebut dapat kita korelasikan dengan harapan dan usaha kita untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. Sebagaimana kita mahfum, gaji dan tunjangan yang kita terima setiap bulannya, sebagian besar bersumber dari pajak yang dipungut oleh Negara dari rakyat, dan hal itu bisa diartikan bahwa sejatinya kita ini adalah pegawainya rakyat, maka sebagai pegawai rakyat, kita wajib untuk bekerja seoptimal mungkin untuk rakyat. Paradigma bahwa Pegawai Negeri adalah Penguasa (The Lord) yang bisa bersikap seenaknya dan sewenang-wenang kepada rakyat, semestinya diubah menjadi Pegawai Negeri yang berkarakter (terpuji), yaitu Pegawai Negeri yang mendefinisikan dan memosisikan diri sebagai Pelayan Rakyat (Public Servant).

Lalu pertanyaannya sekarang : How? Dengan cara apa kita bisa membangun karakter yang terpuji itu? Jawabannya adalah banyak cara untuk itu, baik melalui pendidikan formal dan informal, maupun melalui aktualisasi diri. Salah satu cara yang telah diupayakan Sub Bagian Kepegawaian/Sumber Daya Manusia di Pengadilan Pajak adalah melalui pendidikan informal, yaitu training ESQ. Fenomena training ESQ beberapa waktu yang lalu bisa kita ibaratkan sebagai oase di padang yang tandus. Meski efek positifnya hanya terasa kurang-lebih seminggu, namun hal tersebut memberikan secercah harapan bahwa sesungguhnya kita masih mempunyai hasrat untuk introspeksi diri demi menjadi pribadi yang lebih baik, bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri, negara, bangsa, dan tentunya kepada Tuhan Yang Mahaesa. Betapa meruginya kita, apabila penyesalan dan linangan air mata yang tumpah-ruah pada saat itu, menjadi sia-sia hanya karena kita mengulangi lagi perbuatan buruk yang telah kita sesali.

Adapun pendidikan formal sebagai salah satu instrumen dalam membangun karakter adalah dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan formal secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengembangan karakter individu seseorang. Pola pikir seorang Doktor dan Master yang sudah terbiasa menganalisa suatu obyek atau pokok permasalahan secara lebih mendalam dan mendetail, semestinya akan berbeda dengan seorang Sarjana Strata Satu yang dididik dengan teori-teori dan aplikasinya yang masih bersifat umum.

Upaya membangun karakter melalui aktualisasi diri, bisa kita lakukan dengan ikut aktif dalam berbagai kegiatan, baik di lingkungan tempat kerja maupun masyarakat. Aktulisasi diri di lingkungan masyarakat bisa dilakukan dengan aktif di kegiatan dengan lingkup yang kecil seperti RT, RW, atau aktif di lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, seperti LSM, atau di lembaga-lembaga keagamaan, seperti forum pengajian atau persekutuan gereja. Sedangkan aktualisasi diri di lingkungan tempat kerja kita di Pengadilan Pajak, bisa dilakukan dengan ikut aktif di pengadaan, maupun di berbagai kegiatan PIU, seperti CMCAS, Transformasi SDM, dan Survei Kepuasan Stakeholder.

Akhirnya, selain instrumen-instrumen yang sudah dijabarkan di atas, ada satu hal yang sangat prinsip dan merupakan kata kunci atau main point, yakni keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sesungguhnya berpulang pada moral choice (keputusan moral) pada masing-masing individu itu sendiri. Pendidikan formal, training ESQ, aktualisasi diri, atau kegiatan apapun yang sejenis, hanyalah media atau instrumen belaka. Semuanya akan menjadi tidak berarti, apabila di dalam diri individu yang bersangkutan tidak ada keinginan yang kuat (spirit) untuk berubah.

The Residence, The Sultan Hotel complex, 15 April 2008

Adn@n

(dimuat di Tax Court Media edisi Juni 2008)

6 komentar:

My Poems mengatakan...

Assalamu'alaikum.
Maaf, mas adnan tau alamat blog saya darimana y??Rasa2nya saya ga pernah ngasih ke siapapun dh...oya suka nulis bgt ya?Keep writing dh ya.
Btw blajar bkin skenario film darimana??Udh dbikin filmnya lum tuh?Smangat y

adnan mengatakan...

Waalaikumsalam.

Alhamdulillah, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga...:)

Saya dapat alamat blog dari browsing/surfing...:)

Saya pertama kali belajar nulis skenario di British Council, setelah itu saya belajar ke Zara Zettira ZR. Salah satu skenarioku yang pernah dibuat FTV dan ditayangin di SCTV, judulnya Gadis Misterius. Skenarionya bisa Atika lihat di blog Skenarioku.

Okay, selamat menulis ya? Saya tunggu komentar berikutnya...:)

Liza Marthoenis mengatakan...

assalamualaikum adnaN
makasihya atas kunjungan ke blog saya,.. wah kamu penulis ya... seneng deh bisa ketemu teman sejawat didunia maya hehe,..
waw, udah pernah buat skenario film juga? cool, mau dunk di ajari,..siapa tau ntar aku bisa jadi penulis skenario juga,..hehhe

adnan mengatakan...

waalaikumsalam, liza.
makasih juga atas kunjungan balasannya.
Liza bisa membaca tulisanku mengenai dasar-dasar penulisan skenario di blog : adnanscript.blogspot.com di situ juga ada salah satu contoh skenarioku. Kalau ada pertanyaan, disampaikan saja di-blog itu, Insya Allah akan saya jawab.

nelli_l_yunara mengatakan...

Assalamua'alaikum
saya sengaja melihat blog pak adnan n saya terus terang minta diajarin gimana cara buat dafar blog n yang bola dunia muter juga gimana caranya? Boleh ya....? Pak adnan mahir nulis, nach saya suka tapi gimana mulainya, emang sich kata tema saya tinggal tulis apa yang ada di dalam kepala, tapi tetap aja gimana mulainya? Photograpi juga saya suka tapi dimana ya teman buat diskusi dan bertanya?

Rahmat mengatakan...

Assalaamu'alikum,

Alhamdulillah tulisan Mas Adnan dapat menambah wawasan dan dapat saya gunakan untuk penyelesaian salah satu tugas kuliah saya.

Mudah2an Mas Adnan bisa melengkapi dengan referensi tulisannya.Sehingga akan dapat lebih membantu. Thanks

Wassalaam