Jumat, 21 Mei 2010

Sri Mulyani, The Phenomenon

Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan, setelah aku jauh berjalan, dan kau kutinggalkan

Betapa hatiku bersedih, mengenang kasih dan sayangmu, setulus pesanmu kepadaku, engkau kan menunggu

Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi, adakah jalan yang kau temui, untuk kita kembali lagi

Bersinarlah bulan purnama, seindah serta tulus cintanya, bersinarlah terus sampai nanti, lagu ini ku akhiri


Itulah lirik lagu Andaikan Kau Datang.” Lagunya Koes Plus itu dilantunkan dengan merdu oleh seorang wanita yang pagi itu terlihat sumringah. Menjelang bait terakhir, suasana hening sesaat, musik yang mengiringi pun ikut terhenti, hingga kemudian terdengar suara syahdu dari sang penyanyi, “lagu ini, kuakhiri....”


Suasana hening tiba-tiba gempita oleh tepukan ratusan orang yang ada di ruangan itu. Wanita yang bersuara merdu itu adalah Dr. Sri Mulyani Indrawati, sedangkan yang bertepuk tangan adalah para pejabat eselon I hingga IV di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.


Pagi itu, Selasa, tanggal 18 Mei 2010, kami dikumpulkan di aula mezzanine, gedung Juanda I yang merupakan gedung tempatnya berkantor selama ini. Biasanya para pejabat dikumpulkan seperti itu dalam rangka rapat dinas atau pengarahan umum yang memang lazim dilakukan di Kementerian Keuangan, namun kali ini bukanlah rapat dinas atau pengarahan biasa. Pagi itu kami dikumpulkan dalam rangka perpisahan dengan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Dr. Sri Mulyani Indrawati yang biasa disapa dengan Ibu Ani. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menyetujui permohonan pengunduran diri Ibu Ani dari jabatannya selaku Menteri Keuangan. Pengunduran diri tersebut terkait dengan pengangkatan Ibu Ani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat.


Acara perpisahan itu diawali dengan kata sambutan dari Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Dr. Mulia P. Nasution. Pada kesempatan itu, Pak Mulia juga menyampaikan informasi yang menarik. Menurutnya, meski saat ini Kementerian Keuangan tengah menjadi sorotan publik atas terungkapnya kasus makelar pajak, namun pelamar yang ingin mengikuti tes penerimaan pegawai di Kementerian Keuangan justru meningkat hingga mencapai 102.000 orang lebih.


Pada kesempatan berikutnya, Ibu Ani menyempatkan diri untuk menyampaikan kesan dan pesannya sekaligus ucapan perpisahan. Disusul dengan pemberian kenangan-kenangan dari pejabat dan pegawai, persembahan lagu perpisahan dari ibu-ibu Dharma Wanita dan paduan suara pegawai, dan diakhiri dengan bersalaman, cupika-cupiki, dan foto bersama.


Pertama-tama, Ibu Ani menyampaikan terima kasihnya kepada para pejabat dan segenap pegawai di Sekretariat Jenderal yang selama lima tahun lebih secara bersama-sama telah melayaninya dalam melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan.


Ibu Ani mengakui tugas dan beban pejabat di Kementerian Keuangan jauh lebih berat dibandingkan dengan pejabat di instansi pemerintah lainnya. Alasannya karena sikap skeptisme dari masyarakat terhadap pegawai Kementerian Keuangan yang identik dengan uang Negara. Menurutnya, karena sikap skeptisme itu, meskipun kita telah berusaha untuk bekerja dengan jujur dan tidak korup, namun masyarakat akan tetap curiga.


Kesan Ibu Ani selama lima tahun lebih memimpin Kementerian Keuangan tentu banyak. Kesan yang ditinggalkan juga banyak, selain terkenal dengan kecerdasan, ketegasan, dan keberaniannya, Ibu Ani juga dikenal sangat memperhatikan ketertiban dan kebersihan dengan sangat detail. Bahkan dia pernah tertangkap kamera CCTV sedang memungut sendiri sampah yang berceceran di lantai dan memasukkannya ke tong sampah, tanpa harus menunggu petugas kebersihan. Komintmennya terhadap tugas juga sangat tinggi. Suatu ketika, Ibu Ani sedang memimpin rapat, tiba-tiba dia menerima kabar bahwa ibunya meninggal dunia. Saat itu juga dia meminta ijin sebentar kepada peserta rapat untuk pergi ke ruang tertutup. Di ruang tertutup tersebut dia menangis, namun tidak berapa lama kemudian, dia kembali ke ruang rapat dan melanjutkan rapat hari itu sampai selesai, baru kemudian pulang.


Seperti biasa Ibu Ani juga mengingatkan pentingnya etika dan moralitas bagi pejabat publik. Menurutnya, banyak pejabat yang berjanji akan mengutamakan kepentingan rakyat, namun pada prakteknya mereka tidak dapat memisahkan antara kepentingan rakyat banyak dengan kepentingan pribadi dan golongannya. Kita tentu paham maksud dari ucapannya itu.


Saya termasuk orang yang tidak terkejut seperti kebanyakan orang ketika anggota DPR tiba-tiba melunak dalam kasus Century setelah Ibu Ani mengundurkan diri, kemudian diikuti dengan pembentukan Sekretariat Bersama Partai-partai Koalisi Pendukung SBY. Sejak awal saya sudah mengungkapkan bahwa tujuan utama partai tertentu dalam mengungkap kasus Century ini bukanlah untuk kepentingan rakyat, akan tetapi hanyalah untuk mengganti Ibu Ani dari posisinya sebagai Menteri Keuangan. Ibu Ani juga sudah sering mengungkapkan kekecewaannya karena merasa dikorbankan dalam kasus Century. Sudah menjadi rahasia umum, sikap Ibu Ani yang selama ini dikenal tegas dan tidak bisa didikte, membuat banyak pejabat dan pengusaha di negeri ini gerah. Beberapa keputusan Ibu Ani yang dianggap menjadi sebab perseturuannya dengan pejabat dan pengusaha tersebut antara lain adalah ketika dia meminta imigrasi mencekal 14 pengusaha batu bara karena menunggak pembayaran royalti kepada Negara, dia juga pernah menolak untuk melakukan suspensi atau menutup perdagangan saham di bursa efek saat harga saham perusahaan tertentu mengalami kejatuhan, dan menolak untuk menanggulangi semburan lumpur di Porong, Sidoarjo dengan menggunakan anggaran belanja negara.


Sebagai manusia biasa, Ibu Ani juga mengakui dirinya pernah khilaf, ada ucapan, perbuatan, atau keputusannya yang membuat para pegawai merasa tidak nyaman atau sakit hati. Menurutnya, hal tersebut dilakukan tanpa adanya niat jahat sedikit pun, akan tetapi semata untuk kepentingan Kementerian Keuangan, bangsa dan Negara. Oleh karenanya terhadap pegawai yang pernah merasa tidak nyaman dan sakit hati, Ibu Ani menyampaikan permohonan maafnya dengan tulus.


Pada akhir sambutannya, Ibu Ani menyampaikan titipan agar reformasi birokrasi yang telah dirintisnya dapat dilanjutkan. Reformasi itu yang paling penting karena merupakan keinginan rakyat Indonesia.


Akhirnya, selamat jalan Ibu Ani, semoga sukses di tempat tugas yang baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.