Kamis, 02 Desember 2010

Efek Naturalisasi

Rabu malam tanggal 1 Desember 2010 kemarin merupakan hari yang tidak akan dilupakan, bukan saja bagi penggemar sepakbola di negeri ini, namun juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Malam itu, dalam laga penyisihan grup A Piala AFF 2010, Tim Nasional (Timnas) Indonesia mengalahkan Timnas Malaysia dengan skor yang besar 5-1. Malam itu juga PSSI sejak didirikan pada tahun 1930, untuk pertama kalinya diperkuat oleh pemain impor, yakni Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim.

Kemenangan Timnas Indonesia atas Malaysia dengan skor yang besar tersebut, tidak hanya memberikan poin tiga dan membuka peluang lolos ke semi final, namun lebih dari itu. Perseteruan Indonesia dengan Malaysia belakangan ini terkait dengan batas wilayah, klaim budaya, dan masalah tenaga kerja, membuat laga kedua tim ini sarat dengan emosi dan gengsi. Kemenangan besar atas negeri jiran tersebut tentu sangat membanggakan para pecinta sepakbola di negeri ini.

Kalau mau jujur, secara organisasi permainan, Timnas Malaysia sebenarnya lebih baik dan solid, keberhasilan Indonesia yang sempat lebih dulu kebobolan satu gol membalikkan keadaan dan menjebol gawang Timnas Malaysia lima kali, lebih disebabkan oleh kemampuan teknik individu rata-rata pemain Indonesia yang memang lebih baik. Tanpa bermaksud mengabaikan peran pemain lain, kesuksesan Timnas Indonesia malam itu tidak lepas dari kegemilangan tiga pemain debutannya, Irfan Bachdim, Cristian Gonzales, dan Oktovianus Maniani. Ketiga pemain inilah yang membuat organisasi pertahanan Malaysia menjadi kocar-kacir.

Tentu timbul pertanyaannya, apakah kehadiran dua pemain naturalisasi tersebut benar-benar dapat memberikan efek positif bagi Timnas Indonesia sebagaimana yang pernah saya ungkapkan tahun lalu? Jika pertandingan malam itu yang menjadi ukuran, kehadiran dua pemain impor tersebut tentu berdampak sangat positif. Sepanjang pertandingan kedua pemain tersebut telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemain lain di lapangan. Ketika sebagian besar pemain terlihat gugup di awal babak pertama, apalagi setelah kebobolan lebih dulu oleh gol striker Malaysia Norshahrul Idlan, kedua pemain yang baru pertama kali memperkuat Timnas Indonesia di ajang resmi tersebut justru bermain dengan penuh percaya diri, bahkan Irfan Bachdim menjadi man of the match dalam pertandingan itu.

Irfan Bachdim, pemain blasteran Indonesia-Belanda yang merupakan alumni akademi Ajax Amsterdam dan sempat bermain di Liga Eredivisie Belanda bersama FC Utrech, sepanjang pertandingan malam itu tampil sangat prima dan konsisten. Selain memiliki teknik individu yang bagus, visi bermain, mobilitas dan staminanya terlihat lebih menonjol dibandingkan pemain timnas lainnya. Pergerakan dan kepandaiannya menempatkan posisi menyulitkan pemain belakang lawan. Selain mencetak satu gol di masa injury time, pergerakannya juga menjadi penyebab paniknya pemain belakang Malaysia, Asrarudin Putra hingga menjebol gawangnya sendiri.

Bagaimana dengan Cristian Gonzales? Pemain kelahiran Montevideo, Uruguay yang baru saja memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada tanggal 1 November 2010 itu memang sudah tidak muda lagi untuk ukuran pemain sepakbola, usianya sudah 34 tahun. Namun kehadiran pemain yang sudah tujuh tahun menetap dan bermain di Liga Indonesia ini mampu menutupi kemandulan striker timnas Indonesia belakangan ini di ajang internasional. Selain mencetak satu gol yang membuat Indonesia unggul atas Malaysia di babak pertama, secara keseluruhan, suami dari Eva Nurida Siregar dan ayah 4 anak ini telah mencetak 4 gol dan selalu mencetak gol dalam 3 pertandingannya bersama Timnas Indonesia. Keistimewaan pemain yang empat kali berturut-turut menjadi pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia ini adalah pada ketenangannya di depan gawang dan kemampuannya menempatkan bola ke gawang lawan dengan akurat, baik dengan tendangan maupun sundulan.

Kita juga tentu tidak boleh melupakan kecemerlangan pemain muda asal Papua, Oktovianus Maniani. Ketidakhadiran bintang asal Papua, Boaz Solossa seakan tergantikan dengan penampilan gemilang Okto. Tubuhnya memang kecil, namun dribbling, determinasi dan kecepatannya di sayap kiri Timnas Indonesia memporak-porandakan pertahanan Malaysia. Bahkan gol terbaik pada pertandingan itu yang dicetak Irfan Bachdim adalah hasil dari umpan silangnya setelah menyisir sisi kanan pertahanan Malaysia. Sepanjang pertandingan, Okto tidak pernah lelah untuk men-dribling bola dan menebar ancaman pada bek lawan.

Selain itu semua, tentu acungan jempol patut juga kita sematkan pada pelatih Timnas Indonesia asal Austria, Alfred Riedl yang berani melakukan revolusi dengan memberikan kesempatan kepada pemain-pemain muda yang sebelumnya tidak begitu dikenal oleh publik sepakbola di Indonesia. Selain Gonzales, Irfan dan Okto, juga ada nama-nama baru yang menjanjikan, seperti Ahmad Bustomi, Mohammad Nasuha, Arif Suyono, Yongky Ariwibowo dan Beny Wahyudi.

Kemenangan besar atas Malaysia barulah langkah awal, masih ada Laos dan Thailand yang menanti. Apabila lolos ke semi final, masih ada Singapura, Vietnam atau Myanmar yang akan menguji ketangguhan Timnas Indonesia kali ini, namun demikian sebagai permulaan, Timnas Indonesia sudah melakukan start yang bagus dan menjanjikan, semoga sukses di pertandingan-pertandingan berikutnya.

Jumat, 22 Oktober 2010

Harmoni

Harmoni adalah keselarasan. Dalam teori musik, harmoni adalah keselarasan bunyi dalam musik. Untuk menghasilkan bunyi yang selaras dan enak didengar, kita harus menyusun suatu rangkaian nada secara simultan untuk menghasilkan rangkaian kord yang sesuai dalam rangkaian pergerakan musik yang disebut progresi harmonis.

Dalam kehidupan masyarakat jawa, harmoni atau keselarasan ditopang oleh dua prinsip utama, yaitu prinsip hormat dan rukun. Setiap individu dituntut untuk menjaga kerukunan dengan sebisa mungkin menghindari adanya konflik terbuka diantara mereka dengan cara ethok-ethok rukun, sedangkan prinsip hormat merupakan kesadaran dari tiap individu mengenai kedudukannya dalam masyarakat yang hirarkis, dimana seseorang harus bisa menghormati orang lain yang lebih tua atau lebih tinggi derajatnya dengan menerapkan unggah-ungguh dan kawruh basa yang pada dasarnya adalah sebuah cara untuk menjaga kerukunan sebagai pencapaian harmoni dalam masyarakat.

Harmoni atau keselarasan juga dikenal dalam budaya masyarakat Bugis-Makassar, yang terimplementasi dalam konsep siri’ na pacce (Makassar) atau siri’ na pesse (Bugis), yang diartikan sebagai perasaan malu, harga diri, dan kehormatan. Konsep ini mengarahkan manusia untuk saling menghargai dan menghormati harga diri masing-masing, serta saling mengasihi dan menyayangi, sehingga tercipta harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.

Kamis, 23 September 2010

Relokasi Pengadilan Pajak

Setelah sempat tidak terdengar kabar beritanya, nama Pengadilan Pajak yang sempat menjadi sorotan publik seiring dengan terungkapnya praktik makelar kasus yang melibatkan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Gayus Tambunan, kembali menyeruak di ranah publik. Hal ini tentu terkait dengan rencana pemindahan gedung kantor Pengadilan Pajak dan tempat bersidang di 5 kota di Indonesia.


Sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, kantor dan tempat bersidang Pengadilan Pajak yang saat ini berada di lingkungan Kementerian Keuangan di Jl. Dr. Wahidin, Jakarta, akan dipindahkan ke gedung milik BPKP di Jl. Hayam Wuruk, Jakarta. Pemindahan yang diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp5,18 miliar ini, hanya bersifat sementara sambil menunggu pembangunan gedung dan lokasi bersidang yang permanen untuk Pengadilan Pajak di Jl. Jend. Sudirman, Jakarta yang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 tahun. Pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp188,15 miliar untuk pengadaan tanah dan bangunan gedung Pengadilan Pajak yang nantinya akan berdampingan dengan gedung kantor OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Menurutnya lagi, pemindahan ini terkait reformasi Pengadilan Pajak agar makin independen.


Kementerian Keuangan juga berencana untuk memindahkan sebagian tempat bersidang Pengadilan Pajak yang selama ini hanya berada di Jakarta ke 5 kota besar di Indonesia. Sebagaimana diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Mulia P. Nasution, kelima kota itu adalah Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Tempat bersidang Pengadilan Pajak rencananya akan mengambil lokasi di Gedung Keuangan Negara yang ada di kelima kota tersebut. Pemilihan kelima kota tersebut didasarkan pada perhitungan dan proyeksi jumlah sengketa pajak di masing-masing daerah berdasarkan data dari Bagian Administrasi Sengketa Pajak II, Sekretariat Pengadilan Pajak. Targetnya pada triwulan IV Tahun 2011, Pengadilan Pajak sudah dapat bersidang di kelima kota tersebut.


Niat baik dan upaya Kementerian Keuangan tersebut patut didukung, namun demikian nampaknya masih perlu dikaji terkait dengan urgensi dan relevansinya dengan reformasi Pengadilan Pajak. Masalah yang hingga saat ini masih menjadi hambatan dan semestinya menjadi prioritas untuk dicari jalan keluarnya adalah menumpuknya berkas sengketa yang belum diputus dan diucapkan di Pengadilan Pajak. Hal ini tentu berdampak pada kepastian hukum bagi para pencari keadilan pajak dan penerimaan Negara dari sektor perpajakan. Hal tersebut disebabkan oleh antara lain belum efektif dan efisiennya proses pelayanan administrasi dan informasi dalam penyelesaian sengketa pajak, masih minimnya pendidikan dan latihan yang berbasis kompetensi bagi hakim dan pegawai, belum jelasnya pola mutasi dan promosi pegawai, dan sebagainya.


Kementerian Keuangan sendiri sebagai institusi pemerintah yang melaksanakan pengelolaan keuangan negara sebenarnya telah merintis program reformasi birokrasi pada tahun 2004 dan secara resmi dicanangkan sebagai program prioritas pada tahun 2007. Reformasi birokrasi tersebut meliputi penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan kualitas manajemen sumber daya manusia (SDM). Pengadilan Pajak yang pembinaan organisasi, administrasi, dan keuangannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan, merupakan salah satu obyek dalam program reformasi birokrasi. Oleh karenanya hal yang semestinya lebih diprioritaskan adalah terkait dengan penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan kualitas manajemen SDM.


Pengadaan gedung dan tempat bersidang yang tetap dan berada di luar lingkungan Kementerian Keuangan tentu sangat diperlukan bagi Pengadilan Pajak, namun demikian yang perlu dikritisi adalah urgensi pemindahan sementara gedung Pengadilan Pajak ke Jl. Hayam Wuruk, Jakarta. Kantor dan tempat bersidang Pengadilan Pajak yang harus berpindah-pindah tempat dalam kurun waktu yang singkat tentu tidak akan efektif dan efisien, akan tetapi justru akan mengganggu kontinyuitas proses bersidang dan penyelesaian sengketa pajak.


Terkait dengan pengadaan tempat bersidang di daerah, tentu diharapkan akan lebih memudahkan bagi para pencari keadilan pajak yang berada di 5 kota tersebut dan daerah sekitarnya karena tidak harus datang jauh-jauh dari daerahnya ke Jakarta untuk bersidang. Namun demikian teknis pemindahan tersebut perlu pengkajian yang mendalam, terutama terkait dengan struktur, proses bisnis, SDM, serta biaya operasionalnya. Dengan kondisi sekarang dimana Pengadilan Pajak tetap berkedudukan di Jakarta, bersidang ke daerah tentu akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk biaya operasional dan perjalanan dinas para pegawainya. Sementara pendirian kantor perwakilan atau cabang tidak dapat dilakukan karena hal tersebut akan bertentangan ketentuan Pasal 3 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang menetapkan bahwa kedudukan Pengadilan Pajak adalah di ibukota Negara, yaitu Jakarta.

(dari berbagai sumber)

Senin, 21 Juni 2010

Mr. Satan dalam Dragon Ball

Bagi pecinta komik dan film animasi, tentu sangat mengenal Dragon Ball. Cerita bergambar dari Jepang yang dikarang oleh Akira Toriyama ini cukup popular di Indonesia. Komik Dragon Ball terdiri dari dua pembagian utama, yaitu Dragon Ball dan Dragon Ball Z yang dibagi lagi menjadi Saiyan Saga, Planet Namek, Cell Saga, dan Buu Saga.


Dragon Ball berkisah tentang seorang bocah bernama Goku yang hidup sendiri di daerah pegunungan. Goku kemudian bertemu dengan Bulma seorang gadis muda yang jenius dan mempunyai obsesi untuk mengumpulkan 7 bola kristal ajaib. Bola-bola itulah yang dinamakan Dragon Ball. Apabila seseorang berhasil mengumpulkan ketujuh bola tersebut, akan muncul dewa naga yang bisa mengabulkan permintaan apa saja, bahkan untuk menghidupkan orang mati sekalipun.


Usaha Goku dan Bulma untuk mendapatkan bola-bola kristal tersebut tentu tidak mudah. Mereka harus menghadapi berbagai rintangan, salah satunya dari tentara Pita Merah yang mempunyai ambisi yang sama dengan mereka berdua. Setelah dewasa, Goku kemudian menikah dengan Chi-Chi dan mendapatkan dua orang anak, yaitu Gohan dan Goten. Sedangkan Bulma menikah dengan Vegeta.


Ada banyak karakter dalam cerita Dragon Ball ini, namun yang paling sering muncul adalah karakter Misutaa Satan atau Mr. Satan alias Hercule alias Mark. Mr. Satan ini diceritakan sebagai tokoh yang egois, pengecut, dan suka memuji diri sendiri. Sebagai seorang penguasa yang kaya dan terkenal, dia sering membual tanpa henti tentang kekuatannya, dengan mengklaim dirinya sebagai pejuang terbaik di dunia. Ia memang dikenal sebagai juara dunia turnamen Bela Diri Sejagat, namun gelar itu dia dapatkan ketika Goku dan teman-temannya tidak mengikuti turnamen tersebut. Ia begitu diharapkan oleh banyak orang untuk menyelamatkan bumi karena dia dianggap sebagai orang terkuat di bumi. Mungkin dia memang terkuat, bila dibandingkan orang biasa.


Dalam salah satu kisah, Mr. Satan ini ikut berpartisipasi dalam turnamen Cell Games. Ia bahkan orang pertama yang menantang Cell. Namun dengan satu gerakan pergelangan tangan Cell saja, Mr. Satan terlempar entah kemana. Ketika Goku dan kawan-kawan datang melawan Cell, ia terus saja bilang bahwa bola-bola energi yang dikeluarkan Goku dan kawan-kawan merupakan tipuan murahan. Ia juga menilai Goku dan kawan-kawan sebagai kawanan pemberontak. Gohan juga mengikuti turnamen tersebut. Ketika Gohan akhirnya berhasil mengalahkan Cell, kamera yang digunakan untuk merekam pertandingan rusak sementara. Ketika kamera kembali bekerja, Mr.Satan tiba-tiba ada ditengah-tengah arena. Langsung saja Mr. Satan mengaku sebagai orang yang mengalahkan Cell. Penduduk bumi percaya dengan omongannya, dan nama Mr. Satan semakin bersinar sebagai penyelamat bumi.


Dalam kehidupan nyata, karakter seperti Mr. Satan ini tentu sering kita jumpai. Orang-orang seperti ini sangat licik dan cenderung menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisinya. Jika perlu dengan melakukan fitnah keji terhadap orang lain. Lantas bagaimana sikap kita terhadap orang-orang seperti ini? Haruskah dimusnahkan? Rasanya tidak. Sesungguhnya setiap orang, siapa pun dia, pasti mempunyai sisi baik dan buruk. Tidak ada manusia yang sempurna. Sikap yang paling bijak adalah senantiasa waspada dan tidak mudah terpengaruh oleh tipu daya orang seperti ini. Apabila kita mampu, sebagai sesama manusia, kita memiliki kewajiban moral untuk menegur atau mengingatkan bahwa sifat dan tindakannya selama ini adalah salah. Hal tersebut kita lakukan tentu dengan cara-cara yang baik pula, tanpa harus mempermalukan dia di depan umum. Semoga.

(dari berbagai sumber)

Jumat, 21 Mei 2010

Sri Mulyani, The Phenomenon

Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan, setelah aku jauh berjalan, dan kau kutinggalkan

Betapa hatiku bersedih, mengenang kasih dan sayangmu, setulus pesanmu kepadaku, engkau kan menunggu

Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi, adakah jalan yang kau temui, untuk kita kembali lagi

Bersinarlah bulan purnama, seindah serta tulus cintanya, bersinarlah terus sampai nanti, lagu ini ku akhiri


Itulah lirik lagu Andaikan Kau Datang.” Lagunya Koes Plus itu dilantunkan dengan merdu oleh seorang wanita yang pagi itu terlihat sumringah. Menjelang bait terakhir, suasana hening sesaat, musik yang mengiringi pun ikut terhenti, hingga kemudian terdengar suara syahdu dari sang penyanyi, “lagu ini, kuakhiri....”


Suasana hening tiba-tiba gempita oleh tepukan ratusan orang yang ada di ruangan itu. Wanita yang bersuara merdu itu adalah Dr. Sri Mulyani Indrawati, sedangkan yang bertepuk tangan adalah para pejabat eselon I hingga IV di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.


Pagi itu, Selasa, tanggal 18 Mei 2010, kami dikumpulkan di aula mezzanine, gedung Juanda I yang merupakan gedung tempatnya berkantor selama ini. Biasanya para pejabat dikumpulkan seperti itu dalam rangka rapat dinas atau pengarahan umum yang memang lazim dilakukan di Kementerian Keuangan, namun kali ini bukanlah rapat dinas atau pengarahan biasa. Pagi itu kami dikumpulkan dalam rangka perpisahan dengan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Dr. Sri Mulyani Indrawati yang biasa disapa dengan Ibu Ani. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menyetujui permohonan pengunduran diri Ibu Ani dari jabatannya selaku Menteri Keuangan. Pengunduran diri tersebut terkait dengan pengangkatan Ibu Ani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat.


Acara perpisahan itu diawali dengan kata sambutan dari Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Dr. Mulia P. Nasution. Pada kesempatan itu, Pak Mulia juga menyampaikan informasi yang menarik. Menurutnya, meski saat ini Kementerian Keuangan tengah menjadi sorotan publik atas terungkapnya kasus makelar pajak, namun pelamar yang ingin mengikuti tes penerimaan pegawai di Kementerian Keuangan justru meningkat hingga mencapai 102.000 orang lebih.


Pada kesempatan berikutnya, Ibu Ani menyempatkan diri untuk menyampaikan kesan dan pesannya sekaligus ucapan perpisahan. Disusul dengan pemberian kenangan-kenangan dari pejabat dan pegawai, persembahan lagu perpisahan dari ibu-ibu Dharma Wanita dan paduan suara pegawai, dan diakhiri dengan bersalaman, cupika-cupiki, dan foto bersama.


Pertama-tama, Ibu Ani menyampaikan terima kasihnya kepada para pejabat dan segenap pegawai di Sekretariat Jenderal yang selama lima tahun lebih secara bersama-sama telah melayaninya dalam melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan.


Ibu Ani mengakui tugas dan beban pejabat di Kementerian Keuangan jauh lebih berat dibandingkan dengan pejabat di instansi pemerintah lainnya. Alasannya karena sikap skeptisme dari masyarakat terhadap pegawai Kementerian Keuangan yang identik dengan uang Negara. Menurutnya, karena sikap skeptisme itu, meskipun kita telah berusaha untuk bekerja dengan jujur dan tidak korup, namun masyarakat akan tetap curiga.


Kesan Ibu Ani selama lima tahun lebih memimpin Kementerian Keuangan tentu banyak. Kesan yang ditinggalkan juga banyak, selain terkenal dengan kecerdasan, ketegasan, dan keberaniannya, Ibu Ani juga dikenal sangat memperhatikan ketertiban dan kebersihan dengan sangat detail. Bahkan dia pernah tertangkap kamera CCTV sedang memungut sendiri sampah yang berceceran di lantai dan memasukkannya ke tong sampah, tanpa harus menunggu petugas kebersihan. Komintmennya terhadap tugas juga sangat tinggi. Suatu ketika, Ibu Ani sedang memimpin rapat, tiba-tiba dia menerima kabar bahwa ibunya meninggal dunia. Saat itu juga dia meminta ijin sebentar kepada peserta rapat untuk pergi ke ruang tertutup. Di ruang tertutup tersebut dia menangis, namun tidak berapa lama kemudian, dia kembali ke ruang rapat dan melanjutkan rapat hari itu sampai selesai, baru kemudian pulang.


Seperti biasa Ibu Ani juga mengingatkan pentingnya etika dan moralitas bagi pejabat publik. Menurutnya, banyak pejabat yang berjanji akan mengutamakan kepentingan rakyat, namun pada prakteknya mereka tidak dapat memisahkan antara kepentingan rakyat banyak dengan kepentingan pribadi dan golongannya. Kita tentu paham maksud dari ucapannya itu.


Saya termasuk orang yang tidak terkejut seperti kebanyakan orang ketika anggota DPR tiba-tiba melunak dalam kasus Century setelah Ibu Ani mengundurkan diri, kemudian diikuti dengan pembentukan Sekretariat Bersama Partai-partai Koalisi Pendukung SBY. Sejak awal saya sudah mengungkapkan bahwa tujuan utama partai tertentu dalam mengungkap kasus Century ini bukanlah untuk kepentingan rakyat, akan tetapi hanyalah untuk mengganti Ibu Ani dari posisinya sebagai Menteri Keuangan. Ibu Ani juga sudah sering mengungkapkan kekecewaannya karena merasa dikorbankan dalam kasus Century. Sudah menjadi rahasia umum, sikap Ibu Ani yang selama ini dikenal tegas dan tidak bisa didikte, membuat banyak pejabat dan pengusaha di negeri ini gerah. Beberapa keputusan Ibu Ani yang dianggap menjadi sebab perseturuannya dengan pejabat dan pengusaha tersebut antara lain adalah ketika dia meminta imigrasi mencekal 14 pengusaha batu bara karena menunggak pembayaran royalti kepada Negara, dia juga pernah menolak untuk melakukan suspensi atau menutup perdagangan saham di bursa efek saat harga saham perusahaan tertentu mengalami kejatuhan, dan menolak untuk menanggulangi semburan lumpur di Porong, Sidoarjo dengan menggunakan anggaran belanja negara.


Sebagai manusia biasa, Ibu Ani juga mengakui dirinya pernah khilaf, ada ucapan, perbuatan, atau keputusannya yang membuat para pegawai merasa tidak nyaman atau sakit hati. Menurutnya, hal tersebut dilakukan tanpa adanya niat jahat sedikit pun, akan tetapi semata untuk kepentingan Kementerian Keuangan, bangsa dan Negara. Oleh karenanya terhadap pegawai yang pernah merasa tidak nyaman dan sakit hati, Ibu Ani menyampaikan permohonan maafnya dengan tulus.


Pada akhir sambutannya, Ibu Ani menyampaikan titipan agar reformasi birokrasi yang telah dirintisnya dapat dilanjutkan. Reformasi itu yang paling penting karena merupakan keinginan rakyat Indonesia.


Akhirnya, selamat jalan Ibu Ani, semoga sukses di tempat tugas yang baru sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.