Kamis, 02 Desember 2010

Efek Naturalisasi

Rabu malam tanggal 1 Desember 2010 kemarin merupakan hari yang tidak akan dilupakan, bukan saja bagi penggemar sepakbola di negeri ini, namun juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Malam itu, dalam laga penyisihan grup A Piala AFF 2010, Tim Nasional (Timnas) Indonesia mengalahkan Timnas Malaysia dengan skor yang besar 5-1. Malam itu juga PSSI sejak didirikan pada tahun 1930, untuk pertama kalinya diperkuat oleh pemain impor, yakni Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim.

Kemenangan Timnas Indonesia atas Malaysia dengan skor yang besar tersebut, tidak hanya memberikan poin tiga dan membuka peluang lolos ke semi final, namun lebih dari itu. Perseteruan Indonesia dengan Malaysia belakangan ini terkait dengan batas wilayah, klaim budaya, dan masalah tenaga kerja, membuat laga kedua tim ini sarat dengan emosi dan gengsi. Kemenangan besar atas negeri jiran tersebut tentu sangat membanggakan para pecinta sepakbola di negeri ini.

Kalau mau jujur, secara organisasi permainan, Timnas Malaysia sebenarnya lebih baik dan solid, keberhasilan Indonesia yang sempat lebih dulu kebobolan satu gol membalikkan keadaan dan menjebol gawang Timnas Malaysia lima kali, lebih disebabkan oleh kemampuan teknik individu rata-rata pemain Indonesia yang memang lebih baik. Tanpa bermaksud mengabaikan peran pemain lain, kesuksesan Timnas Indonesia malam itu tidak lepas dari kegemilangan tiga pemain debutannya, Irfan Bachdim, Cristian Gonzales, dan Oktovianus Maniani. Ketiga pemain inilah yang membuat organisasi pertahanan Malaysia menjadi kocar-kacir.

Tentu timbul pertanyaannya, apakah kehadiran dua pemain naturalisasi tersebut benar-benar dapat memberikan efek positif bagi Timnas Indonesia sebagaimana yang pernah saya ungkapkan tahun lalu? Jika pertandingan malam itu yang menjadi ukuran, kehadiran dua pemain impor tersebut tentu berdampak sangat positif. Sepanjang pertandingan kedua pemain tersebut telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemain lain di lapangan. Ketika sebagian besar pemain terlihat gugup di awal babak pertama, apalagi setelah kebobolan lebih dulu oleh gol striker Malaysia Norshahrul Idlan, kedua pemain yang baru pertama kali memperkuat Timnas Indonesia di ajang resmi tersebut justru bermain dengan penuh percaya diri, bahkan Irfan Bachdim menjadi man of the match dalam pertandingan itu.

Irfan Bachdim, pemain blasteran Indonesia-Belanda yang merupakan alumni akademi Ajax Amsterdam dan sempat bermain di Liga Eredivisie Belanda bersama FC Utrech, sepanjang pertandingan malam itu tampil sangat prima dan konsisten. Selain memiliki teknik individu yang bagus, visi bermain, mobilitas dan staminanya terlihat lebih menonjol dibandingkan pemain timnas lainnya. Pergerakan dan kepandaiannya menempatkan posisi menyulitkan pemain belakang lawan. Selain mencetak satu gol di masa injury time, pergerakannya juga menjadi penyebab paniknya pemain belakang Malaysia, Asrarudin Putra hingga menjebol gawangnya sendiri.

Bagaimana dengan Cristian Gonzales? Pemain kelahiran Montevideo, Uruguay yang baru saja memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada tanggal 1 November 2010 itu memang sudah tidak muda lagi untuk ukuran pemain sepakbola, usianya sudah 34 tahun. Namun kehadiran pemain yang sudah tujuh tahun menetap dan bermain di Liga Indonesia ini mampu menutupi kemandulan striker timnas Indonesia belakangan ini di ajang internasional. Selain mencetak satu gol yang membuat Indonesia unggul atas Malaysia di babak pertama, secara keseluruhan, suami dari Eva Nurida Siregar dan ayah 4 anak ini telah mencetak 4 gol dan selalu mencetak gol dalam 3 pertandingannya bersama Timnas Indonesia. Keistimewaan pemain yang empat kali berturut-turut menjadi pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia ini adalah pada ketenangannya di depan gawang dan kemampuannya menempatkan bola ke gawang lawan dengan akurat, baik dengan tendangan maupun sundulan.

Kita juga tentu tidak boleh melupakan kecemerlangan pemain muda asal Papua, Oktovianus Maniani. Ketidakhadiran bintang asal Papua, Boaz Solossa seakan tergantikan dengan penampilan gemilang Okto. Tubuhnya memang kecil, namun dribbling, determinasi dan kecepatannya di sayap kiri Timnas Indonesia memporak-porandakan pertahanan Malaysia. Bahkan gol terbaik pada pertandingan itu yang dicetak Irfan Bachdim adalah hasil dari umpan silangnya setelah menyisir sisi kanan pertahanan Malaysia. Sepanjang pertandingan, Okto tidak pernah lelah untuk men-dribling bola dan menebar ancaman pada bek lawan.

Selain itu semua, tentu acungan jempol patut juga kita sematkan pada pelatih Timnas Indonesia asal Austria, Alfred Riedl yang berani melakukan revolusi dengan memberikan kesempatan kepada pemain-pemain muda yang sebelumnya tidak begitu dikenal oleh publik sepakbola di Indonesia. Selain Gonzales, Irfan dan Okto, juga ada nama-nama baru yang menjanjikan, seperti Ahmad Bustomi, Mohammad Nasuha, Arif Suyono, Yongky Ariwibowo dan Beny Wahyudi.

Kemenangan besar atas Malaysia barulah langkah awal, masih ada Laos dan Thailand yang menanti. Apabila lolos ke semi final, masih ada Singapura, Vietnam atau Myanmar yang akan menguji ketangguhan Timnas Indonesia kali ini, namun demikian sebagai permulaan, Timnas Indonesia sudah melakukan start yang bagus dan menjanjikan, semoga sukses di pertandingan-pertandingan berikutnya.