Minggu, 22 November 2009

Hari Sumpah Pemuda

Hari itu, 81 tahun silam, tepatnya pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 1928, di dalam sebuah rumah pondokan pelajar dan mahasiswa yang sederhana, Indonesische Clubgebouw, di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta, seorang pemuda dengan penuh percaya diri, dihadapan pemuda-pemudi lainnya dari berbagai suku, agama, dan organisasi kepemudaan, membacakan sumpah setia yang ditulis dalam selembar kertas yang berbunyi :

Pertama, kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia!

Kedoea, kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia!

Ketiga, kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia!

Pemuda itu adalah Soegondo, seorang pemuda jawa yang ditunjuk untuk membacakan janji setia mereka. Setelah pembacaan sumpah selesai, Moehammad Yamin, seorang penyair asal Sumatera yang ditunjuk untuk merumuskan sumpah setia tersebut, kemudian memberikan penjelasan yang panjang lebar. Pembacaan sumpah setia itu merupakan penutup dari rangkaian Kongres Pemuda II yang diikuti oleh pemuda-pemudi yang berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Islamieten Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Pemuda Kaum Betawi, dan lain-lain.

Peristiwa bersejarah yang kemudian dikenang sebagai Hari Sumpah Pemuda itu, merupakan salah satu tonggak sejarah berdirinya Bangsa Indonesia. Pada waktu itu tak ada sekat-sekat oleh perbedaan suku, ras, agama, golongan, atau apapun, semua bersatu dalam bingkai Indonesia yang Satu. Hanya dengan keberanian dan semangat persatuanlah, para pejuang ketika itu dapat mengusir kaum penjajah dari tanah tumpah darah Indonesia.

Hanya dengan keberanianlah para pemuda-pemudi Indonesia waktu itu dapat bertemu dan mengadakan kongres. Dengan kondisi berada di bawah tekanan pemerintah kolonial Belanda dan keterbatasan sumber daya, para pemuda waktu itu berani untuk bersatu-padu mengikrarkan Indonesia Satu untuk melawan penjajah demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia.

Harapan kita, momentum hari Sumpah Pemuda ini dapat membangkitkan kembali semangat persatuan kita untuk berani berkata dan bertindak benar. Bukan masanya lagi untuk mengagung-agungkan suku, ras, agama, golongan, partai atau apapun. Oleh karena hanya dengan persatuan dan keberanian untuk berkata dan bertindak benar, Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dapat berdiri tegak dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Semoga.

28 Oktober 2009