Minggu, 27 Desember 2009

The Right Man in The Right Place, Are You?

Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia, siapapun dia, tentu mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap manusia dianugerahi bakat dan kemampuannya masing-masing. Kita yang menyadari hal tersebut, semestinya tidak akan pernah menganggap diri kita lebih hebat dari orang lain dan tidak akan pernah merendahkan orang lain karena kelemahannya. Bakat atau kemampuan yang kita miliki mungkin tidak dimiliki oleh orang lain di sekitar kita, namun sebaliknya ada banyak orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang tidak kita miliki. Oleh karenanya semestinya kita saling bersinergi dengan saling mengisi kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.

Banyak diantara kita yang mungkin belum menyadari kemampuan atau kelebihannya masing-masing, atau mungkin juga banyak yang sudah menyadari kemampuan atau kelebihannya, namun dia masih mengalami kesulitan mau diapakan atau bagaimana memberdayakan kemampuan atau kelebihan dia tersebut di lingkungan sekitarnya. Mungkin ada juga diantara kita yang sudah menyadari kemampuannya yang sesungguhnya, namun karena hal tersebut tidak sesuai dengan cita-cita atau ambisinya, maka dia mengabaikan bakatnya tersebut dan berusaha untuk melakukan sesuatu yang bukan merupakan bakat dan kemampuannya demi mengejar cita-cita atau ambisinya. Akibatnya dia akan selalu mengalami kegagalan dan kekecewaan, kalaupun dia berhasil mencapai ambisinya, maka dia tidak akan pernah mencapai hasil yang maksimal. Mengapa? Karena dia telah melawan fitrahnya atau mengingkari anugerah bakat dan kemampuan yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya.

Setiap dari kita tentu memiliki bakat dan kemampuan masing-masing. Ada yang memiliki bakat sebagai dokter, akuntan, pengajar, pengacara, hakim, jaksa, panitera, pedagang, ilmuwan, seniman, penulis, pemimpin, agamawan, dan sebagainya. Apabila kita sudah menyadari bakat dan kemampuan kita masing-masing, maka untuk mencapai hasil yang maksimal, sebaiknya kita menggeluti bidang yang sesuai dengan bakat dan kemampuan kita masing-masing.

Lantas seperti apa dampaknya apabila kita memaksakan diri untuk menggeluti bidang yang tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan kita? Kita ambil contoh seorang yang berbakat menjadi pedagang, namun memilih untuk menggeluti bidang kedokteran atau pengacara, maka dia akan menggunakan prinsip pedagang dalam menangani pasiennya atau kliennya, yakni mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dan mengabaikan prinsip kemanusiaan. Demikian pula jika ada seorang yang sesungguhnya berbakat menjadi pengajar atau dosen, namun memaksakan diri untuk menjadi pemimpin, maka yang terjadi adalah ketika orang tersebut menjadi pemimpin, dia akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menceramahi atau menggurui para bawahannya, ketimbang menjadi pemimpin yang semestinya mengkoordinir bawahannya. Seorang yang berbakat menjadi pengajar tetapi diberi tanggung jawab menjadi pemimpin, maka kecenderungannya dia akan menjadi pemimpin yang otoriter.

Pertanyaannya, sudah sesuaikah cita-cita atau pekerjaan yang kita geluti saat ini dengan bakat dan kemampuan kita yang sesungguhnya? Apabila sudah sesuai, maka lanjutkan, namun apabila tidak sesuai, maka kita perlu meninjaunya kembali.

(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: